Potensi Desa

KESENIAN

20 Januari 2025

KESENIAN

  1. Kesenian Reog

                 Bermula pada tahun 2013 Desa Sumberdukun mendapatkan bantuan pemerintah berupa property untuk pertunjukan Reog, diketuai oleh Pak Kamto yang saat ini menjabat sebagai kepala desa dan Pak Agung sebagai penggiat seni, Reog summberdukun menjadi asset penting desa, pada masa jayanya kesenian ini sudah tampil diberbagai acara dan tempat namun seiring waktu kesenian yang bisa menjadi potensi desa ini mulai meredup oleh waktu. Sayangnya, di Desa Sumberdukun, seni Reog Ponorogo tidak berkembang sebagaimana mestinya. Potensi besar dari tradisi ini tampak kurang mendapat perhatian, sehingga pertunjukan Reog di desa ini menjadi sepi dan jarang diminati. Padahal, Reog Ponorogo bukan hanya sekadar seni pertunjukan, melainkan juga warisan budaya yang memiliki nilai historis, filosofis, dan simbolis yang mendalam. Sebagai sebuah tradisi, Reog Ponorogo dapat menjadi salah satu daya tarik utama Desa Sumberdukun jika dikembangkan dengan baik. Desa ini memiliki potensi untuk menjadikan Reog sebagai identitas budaya lokal sekaligus aset pariwisata. Namun, rendahnya minat generasi muda, minimnya dukungan pemerintah, serta kurangnya promosi menjadi tantangan yang harus dihadapi. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan upaya kolaboratif antara masyarakat, pemerintah, dan pelaku seni untuk menghidupkan kembali tradisi Reog di Desa Sumberdukun. Langkah-langkah seperti mendirikan sanggar seni Reog, menyelenggarakan festival budaya, serta memanfaatkan media sosial untuk promosi dapat menjadi solusi untuk menarik minat masyarakat dan wisatawan. Dengan pengelolaan yang baik, Reog Ponorogo di Desa Sumberdukun tidak hanya dapat dilestarikan, tetapi juga menjadi sumber kebanggaan, sekaligus penggerak ekonomi lokal melalui pariwisata budaya.

2. Hadroh

Hadroh di Desa Sumber Dukun merupakan salah satu bentuk seni musik Islami yang menjadi kebanggaan masyarakat setempat. Hadroh ini dimainkan oleh sekelompok warga yang telah terlatih menggunakan alat-alat seperti rebana, bass hadroh, dan tamborin. Mereka membawakan sholawat, pujian, dan lagu-lagu bernuansa Islami untuk menghidupkan suasana religius di desa. Aktivitas ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sebagai sarana dakwah yang mempererat hubungan spiritual antara masyarakat desa dengan ajaran Islam. Latihan rutin yang diadakan di balai desa atau rumah anggota juga menjadi momen kebersamaan bagi para pemain

 

 

 

 

PURWONO (KASUN)